Berkah tambang batu bara masih mengalir deras ke Indonesia, khususnya dirasakan oleh bos batu bara yang mendapati kekayaan bersihnya yang meningkat tajam tahun ini.
Di antara banyaknya taipan batu bara RI, tidak ada yang merasakan nikmat harga tinggi batu bara melebihi pengusaha Low Tuck Kwong. Tahun ini kekayaannya meningkat tajam karena harga saham perusahaan miliknya, Bayan Resources (BYAN), meroket tajam. Tidak hanya itu, Low Tuck Kwong juga sejak tahun lalu secara aktif mengakumulasi saham di perusahaan tersebut lewat pembelian di pasar reguler.
Kinerja keuangan top ditopang rekor harga batu bara, harga saham terbang didorong kinerja cemerlang, serta penambahan kepemilikan saham menjadi racikan luar biasa yang pada akhirnya mampu membuat Low Tuck Kwong menjadi orang terkaya di RI, melengserkan takhta duo Hartono, status quo yang dianggap banyak orang sukar untuk diwujudkan.
Dikutip melalu data Forbes Realtime Billionaire, kekayaan Low Tuck Kwong saat ini – setidaknya sebelum pasar saham dibuka – mencapai US$ 25,2 miliar atau setara dengan Rp 390,6 triliun (asumsi kurs Rp 15.500/US$).
Sementara itu kekayaan Robert Budi dan Michael Bambang Hartono masing-masing tercatat sebesar US$ 22,1 miliar dan US$ 21,3 miliar.
Sebelumnya dalam daftar orang terkaya RI tahun 2022 Low Tuck Kwong bertengger di peringkat kedua – atau ketiga jika dipisah – di belakang duo Hartono. Forbes secara rutin mempublikasikan daftar orang terkaya dunia dengan peringkat definitif diumumkan awal Desember tiap tahunnya. Artinya pelacakan kekayaan berakhir pada akhir bulan November atau awal Desember. Sementara itu, publikasi tersebut juga memperbaharui secara rutin setiap harinya dalam peringkat Realtime Billionaire.
Dalam daftar 2022, kekayaan Low Tuck Kwong memang tertinggal jauh dari duo Hartono. Namun keadaan tersebut berubah signifikan dalam kurun waktu kurang dari sebulan. Hal ini karena harga saham bayan yang meningkat gila-gilaan, bahkan setelah perusahaan sukses melakukan pemecahan saham.
Saham BYAN sudah terbang 589% sejak awal tahun ini. Perusahaan kemudian memutuskan untuk melakukan pemecahan saham dikarenakan harganya sudah tidak ramah bagi kantong investor, yang mana nyaris menyentuh Rp 100.000/saham atau mendekati Rp 10 juta hanya untuk memperoleh satu lot saham!
Saham BYAN resmi dipecah dengan rasio 1:10 setelah ditutup di harga Rp 94.500 pada penutupan perdagangan 1 Desember 2022. Sehari setelahnya saham ini dibagi menjadi sepuluh bagian dan dihargai Rp 9.450 per saham.
Sejak resmi dipecah, saham BYAN kembali menguat 97% ke harga Rp 18.575 per saham. Dalam sebulan terakhir saham ini menguat 103%.
Saat ini kapitalisasi pasar BYAN tercatat sebesar Rp 619,17 triliun, hanya kalah dari Bank Central Asia (BBCA) milik duo Hartono dengan kapitalisasi pasar Rp 1047,84 triliun dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang memiliki valuasi 739,61.
Meski memiliki perusahaan dengan kapitalisasi pasar lebih besar, kepemilikan duo Hartono di BBCA tercatat sebesar 54,94% atau setara dengan Rp 575,68 triliun secara total. Apabila dibagi rata, masing-masing menggenggam kekayaan Rp 287,54 triliun dari kepemilikan saham BBCA.
Sementara itu, melansir data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) terbaru, Low Tuck Kwong diketahui menggenggam 60,94% saham BYAN, yang mana setara dengan kepemilikan harta Rp 377,32 triliun. Kekayaan ini sudah mewakili nyaris 97% kekayaan yang diestimasi oleh Forbes, hal ini dikarenakan Low Tuck Kwong hanya menjadi memegang saham di BYAN, setidaknya untuk kepemilikan di atas 5% yang nama harus diungkapkan oleh KSEI.
Sementara itu, duo Hartono yang merupakan pemilik Grup Djarum memiliki bisnis yang jauh lebih terdiversifikasi. Bisnisnya termasuk di sektor rokok, perbankan, telekomunikasi, supermarket hingga e-commerce.
Selain kenaikan harga BYAN pasca pemecahan saham, ada hal lain yang turut melancarkan jalan Low Tuck Kwong menjadi orang terkaya RI. Hal tersebut adalah merosotnya kinerja saham emiten milik dua Hartono.
Saham BBCA turun 5,29% dalam sebulan. Sementara itu dalam periode yang sama saham Sarana Menara Nusantara (TOWR) melemah 7,86%, saham induk Blibli yakni Global Niaga Digital (BELI) terkoreksi 4,49%, sementara saham pengelola Ranch Market yaitu Supra Boga Lestari (RANC) ambles 17,50%.
Meski mampu melengserkan duo Hartono, kekayaan Low Tuck Kwong sangat volatil dikarenakan oleh sejumlah hal. Pertama sumbernya tidak terdiversifikasi dan nyaris secara eksklusif berasal dari BYAN, artinya pergerakan saham BYAN akan sangat mendikte jumlah harta Low Tuck Kwong, for better or worse.
Kedua, bisnis yang digeluti memiliki sangat bergantung pada harga komoditas yang sangat volatil, dengan perubahan satu atau dua variabel dapat menyunkan harga naik turun. Jika harga batu bara mendingin, pada akhirnya valuasi BYAN juga diperkirakan akan tertekan dan berpengaruh pada kekayaan Low Tuck Kwong.
Di lain sisi di atas kerta, duo Hartono juga dapat secara mudah kembali merebut takhta yang sudah lama secara eksklusif dimonopoli. Hal itu tentu dapat terjadi apabila sejumlah perusahaan publik yang mereka miliki kembali mencatatkan kinerja positif di pasar modal